
Di tengah era yang bergerak cepat, di mana dunia kerja menuntut lebih dari sekadar ijazah dan nilai akademik, Akper Patria Husada Surakarta menjawab tantangan itu dengan langkah progresif. Melalui workshop dua hari bertajuk “I Am Ready to Work” pada 23–24 Juli 2025, kampus ini tak hanya menyelenggarakan acara biasa, tapi merancang sebuah pengalaman yang menggugah, membekali, dan membangkitkan kesadaran baru bagi para mahasiswa calon perawat.
Hari pertama workshop menjadi panggung inspiratif, bukan hanya karena kehadiran para pembicara dari berbagai latar belakang, tetapi karena narasi-narasi yang dibawakan terasa begitu dekat dengan denyut kehidupan nyata para perawat di lapangan.

Budi Marsono, S.Kep., Ns., misalnya, membuka jendela realitas tentang peran perawat dalam kunjungan rumah yang penuh empati. Ia tidak berbicara teori, tapi membagikan pengalaman yang sarat makna tentang menyentuh kehidupan pasien dari rumah ke rumah, dari hati ke hati.

Kemudian hadir Letkol CKM Agus Dwi Kuncoro, S.K.M., seorang alumni yang kini menjadi perwira TNI. Ceritanya bukan sekadar kisah sukses; ia menghidangkan potret perjuangan, disiplin, dan pengabdian dalam balutan seragam militer, membawa pesan bahwa perawat juga adalah pejuang, meskipun tidak mengangkat senjata.
Dari sisi akademik, Herbasuki, S.Kp., M.Kes. tampil mengajak mahasiswa keluar dari zona nyaman. Baginya, kesiapan kerja bukan soal kemampuan teknis saja, melainkan juga tentang kreativitas, kemandirian, bahkan keberanian untuk menjadi wirausaha di bidang kesehatan.

Tidak berhenti di situ, Mitra dari Bank Mandiri turut hadir untuk menekankan pentingnya literasi keuangan. Sebuah perspektif yang mungkin sering luput dari bangku kuliah: bahwa kesiapan finansial adalah bagian dari kesiapan profesional. Sebagai penutup hari pertama, Muljadi Hartono, Ketua Yayasan Patria Medica, menggarisbawahi pentingnya integritas dan visi besar. Ia menyampaikan bahwa dunia kerja akan selalu berubah, tetapi nilai-nilai dasar seorang perawat yang beretika, tangguh, dan berkomitmen akan selalu relevan.

Hari kedua workshop bergeser ke sisi praktis yang lebih teknis namun tetap membumi. Jika hari pertama adalah tentang inspirasi, maka hari kedua adalah tentang strategi.
Daniel Rama, HR Manager dari Phintraco Group, membuka sesi dengan penguatan akan pentingnya soft skill dan growth mindset. Ia menekankan bahwa dunia kerja saat ini tidak hanya mencari tenaga, tetapi juga mencari karakter yang tangguh dan fleksibel. Kemudian Ayesa, praktisi HR, mengajak mahasiswa untuk siap menghadapi tantangan nyata. Ia berbagi tentang bagaimana membentuk etos kerja sejak awal, membangun kepercayaan diri, dan menghadapi kegagalan sebagai bagian dari proses. Terakhir, Maria, seorang HR profesional, memberi pencerahan soal personal branding. Ia menekankan bahwa menjadi profesional tidak cukup hanya pintar, tapi juga harus terlihat pantas dipercaya melalui komunikasi, sikap, dan konsistensi.
Kedua hari itu menjadi ruang belajar yang hidup. Mahasiswa tak sekadar duduk diam. Mereka aktif bertanya, mencatat, tertawa, dan bahkan terdiam saat tersentuh oleh kisah-kisah yang disampaikan. Energi dan antusiasme peserta menjelma menjadi bukti bahwa generasi perawat masa depan bukan hanya siap bekerja, tetapi juga siap tumbuh, beradaptasi, dan berkontribusi.
Acara ditutup dengan ramah tamah dan ungkapan terima kasih. Tapi sejatinya, workshop ini bukan sekadar ditutup, ia ditanamkan dalam benak para mahasiswa sebagai bekal, sebagai cermin, dan sebagai dorongan untuk terus melangkah lebih jauh.
Akper Patria Husada Surakarta bersama Phintraco Group sekali lagi menunjukkan komitmennya: bahwa menghasilkan lulusan siap kerja bukan hanya tugas akademik, tetapi sebuah panggilan moral untuk membentuk insan kesehatan yang tidak hanya kompeten, tetapi juga berkarakter, berani, dan bermakna.